MAHMOUD BEY
16 Mei 2008
Dalam bahasa Turki Bey atau Bay artinya Tuan atau mister. Mahmoud Bey atau tuan Mahmud (bukan berarti Mamah Muda) bukan siapa-siapa. Dia bukan orang dari kalangan terhormat, tapi perlu gue hormati. Mahmoud Bey bukan orang kecil karena postur tubuhnya tinggi besar bahkan cenderung tambun. Mahmoud Bey juga tidak terlalu ganteng, tapi juga gak bisa dibilang jelek. Mahmoud Bey punya tampang yang khas Turki dengan garis wajah yang keras, sedikit sangar, terkesan serius meskipun dalam hatinya dia orang yang baik.
Itulah Mahmoud Bey yang selalu setia menjemput kami setiap pagi hari pukul 09.30 waktu Turki. Itulah Mahmoud Bey yang gak pernah telat untuk berada di ATGV Hakim evi tempat kami menginap. Itulah Mahmoud Bey yang selalu tergesa-gesa waktu mengendalikan mobil supaya baik jalannya. Itulah Mahmoud Bey yang berusaha untuk mengantar kami tepat waktu sampai di kantor. Itulah Mahmoud Bey yang selalu salip kiri dan salip kanan di tengah lalu lintas Ankara yang sebenarnya tidak pernah macet seperti Jakarta.
Percuma gue jelaskan tentang Mahmoud Bey yang selalu ingin berkomunikasi dengan kami meskipun dia cuma fasih bahasa Turki. Percuma juga gue jelaskan tentang usaha Mahmoud Bey untuk berkomunikasi meskipun dengan bahasa gerak tubuh ditambah Bahasa Inggris terpatah-patah dengan logat yang agak sulit dipahami yang baru dia pelajari di dalam kendaraan, waktu lampu merah di perempatan jalan sedang menyala, waktu dia sedang tidak sibuk. Percuma gue jelaskan tentang Mahmoud Bey yang menjadi bukti bahwa bahasa hati lebih universal daripada bahasa verbal.
Apa anda kenal dengan Mahmoud Bey yang tidak pernah mengeluh dalam melayani kami? Apa anda kenal dengan Mahmoud Bey yang selalu meminta gue duduk dengan tenang ketika kami sedang menunggu Pak Muhidin untuk tiba di lobby hotel? Apa anda kenal dengan Mahmoud Bey yang tersenyum tulus dan dengan gerakan tangannya berusaha meyakinkan kami bahwa dia tahu arah dan jalan tercepat untuk mencapai tempat tujuan kami?
Pasti anda tidak akan tahu siapa Mahmoud Bey yang diam-diam ikut sholat Jumat bersama kami di tengah lingkungan kerja dan lingkungan masyarakat yang sekuler. Pasti anda tidak tahu siapa Mahmoud Bey yang mengajarkan gue menggunakan mesin pemoles sepatu yang terletak di satu pojok dekat resepsionis hotel tempat kami bermalam. Pasti anda tidak akan tahu siapa Mahmoud Bey yang selalu agak kecewa kalo kami membuka dan menutup pintu mobil tanpa bantuan dia dan pasti anda tidak akan tahu siapa Mahmoud Bey yang agak terheran-heran waktu gue duduk di samping dia dalam mobil ketimbang duduk di belakang bersama Pak Muhidin.
Memang anda tidak perlu tahu dan gue gak perlu memberitahu anda siapa Mahmoud Bey karena dia bukan siapa-siapa. Dia cuma seorang supir yang bertugas mengantar Sekretaris Jenderal Anayasa Mahkemesi dengan tugas tambahan untuk menjemput dan mengantar dua orang tamu tempat dia bekerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar