Gaudeamus igitur; Semper ubi uber, ibi tuber.

"Di mana ada kemaluan, di situ ada persoalan; oleh karenanya berbahagialah."

CIPANAS MEMANG PANAS

Sebenernya saya lagi males menulis atau lebih tepatnya mengetik. Karena dapat anda saksikan bahwa saya sedang menikmati hari libur saya bersama isteri di Cipanas. Itu bukan karena kami kebanyakan duit sehingga kami berfoya-foya dan bertamasya-tamasya, tapi isteri saya sedang mengikuti acara Presiden di Istana Cipanas. Dia harus merekam-rekam perkataan Bapak Presiden dan menulis-nuliskan ucapan beliau supaya dapat kiranya orang membaca. Karena bagaimana caranya orang bisa membaca apa yang dikatakan orang lain?

Sementara isteri sibuk dengan urusannya, saya pun begitu pula. Saya sedang sibuk. Dari tadi saya sibuk bertidur-tidur di dalam mobil sembari menunggu-nunggu. Lihatlah cara tidur saya yang revolusioner ketika mata tertutup dan mulut terbuka. Biarlah yang penting saya pulas! Pun begitu sebelum dan sesudahnya, saya kembali sibuk menggelar acara makan-makan. Dengan siapa? Tentu saja dengan diri saya sendiri. Salah anda sendiri kenapa tidak mau ikut dengan saya ke sana. Kemudian setelah makan-makan, saya minum-minum sendiri tanpa saya harus bermabuk-mabukan. Karena itu merusak kesehatan kata bang haji.

Saya pun lalu menghidup-hidupkan telepon genggam saya yang memang sengaja saya matikan karena low-bat. Oh, itu ada sms masuk dari kepala bagian. Dia menyampaikan bahwa acara penutupan temu wicara akan diadakan di ruang Libra, Hotel Sultan pada pukul 11.00. Tolong sampaikan pada teman-teman dan kru MKTV katanya. Oh, kiranya saudara tahu, maksud saya saudara ada memahami bukan maksud saya menyebut anda tahu, saya menghidupkan itu hape jam 12 siang. Oh, maafkan saya wahai teman-teman dan kru MKTV karena saya telat menyampaikan berita itu. Tapi amanat adalah amanat, jadi saya kirimkan itu pesan kepada semua teman-teman saya.

Si Kencana ternyata ada membalas. Sudah tau, orang yang menyampaikan itu sekarang ada di sebelahku, katanya. Lalu kalau begitu kenapa tidak kau tanya sendiri pada orangnya, duhai Kencana? Kemudian isteri saya pun ada menelpon-nelpon. Dia bilang acaranya mungkin lebih lama karena Presiden baru menyampaikan sambutannya di akhir acara. Aduh bunda... itu sih bukan sambutan tapi penutupan. Tapi yang namanya tugas, bukankah harus dilaksanakan sebaik-baiknya? Kau tunggulah disana dan bersabar. Itu jawaban saya.

Tak lama setelah berakhir itu percakapan melalui telepon, si isteri ada kirim sms. Dia memberita-beritakan kalau ada Sujiwo Tedjo di sana menjadi salah satu juri. Saya balas saja sms itu karena kalau menunggu anda yang balas pasti butuh waktu lama dan anda pasti tidak tau nomor telepon si isteri saya yang satu-satunya itu. Saya bilang sama si isteri untuk tanya ke dia kapan naek haji lagi. Si isteri kirim sms lagi, cuma bilang mau minta foto bareng katanya, tapi si isteri malu. Dia juga tanya ke saya loh emangnya dia udah naek haji? Terus kalo naek haji lagi emangnya kenapa?

Aduh si bunda. Mana yayah tau dia udah naek haji apa belon. Kami berdua juga tidak saling mengenal toh. Tanya aja sama dia bukan sama yayah dong, sih, lah, deh. Lalu saya kirim-kirim sms kembali. Saya bilang ke si isteri, keluarin semua isi tas terus masukin kepala dia ke situ, ke dalem tas baru kemudian minta foto bareng. Saya juga minta dia tanya apa si Tedjo itu udah naek haji terus kapan naek haji lagi. Kemudian handphone pun saya mati-matikan.

Bunda... apakah bunda sedang sibuk? Kalo sedang sibuk kenapa atuh masih kirim-kirim sms? Kenapa bunda rajin sekali merekam dan membuat transkripsi dari perkataan orang lain? Kapan bunda ada merekam perkataan suamimu ini? Kemudian ditranskripsikan agar supaya orang bisa tau kalo yayah ini suami yang baik?

24 Agustus 2008