Gaudeamus igitur; Semper ubi uber, ibi tuber.

"Di mana ada kemaluan, di situ ada persoalan; oleh karenanya berbahagialah."

SAHUR....SAHUR

Sudah lebih dari satu jam saya tergeletak di atas tempat tidur. Berguling-guling ke kanan dan ke kiri terus ajah begitu. Tapi saya tidak bisa tidur, tapi saya harus tidur, tapi saya jadi pusing. Pusing mikirin kenapa saya tidak bisa tidur dimana semestinya saya sudah tidur karena saya memang harus tidur.

Apa mungkin ini karena kopi yang saya minum sebelumnya? Atau saya terlalu bersemangat untuk sahur karena ini adalah puasa hari pertama? Ah, si ayah kayak anak kecil aja. Saya lihat itu isteri saya sudah terlelap pulas. Pun begitu dengan Tya anak saya. Lihat itu posisinya sudah berubah 93, 67 derajat dari semula. Entah sedang mimpi apa mereka berdua? Mengapa tidak kau ajak ayahmu ini bermimpi bersama, nak?

Baru hendak sekejap saja saya berpulas tidur, si Tya udah nangis lagi. Dia minta susu kepada siapa saja yang mendengar. Kalo kebetulan ibunya yang bangun ya dia dapet susu ibu; tapi kalo yayahnya yang bangun ya dia dapet susu yayah. Bukan berarti saya dapat menghasilkan susu seperti layaknya sapi. Tapi akan saya buatkan sebotol susu formula yang memang khusus untuk anak seusia dia. Maafkan yayah, anakku. Ini lihat yayah sedang berusaha untuk tidur. Jadi biarlah bunda yang menyiapkan susu untukmu. Sabarlah nak, jangan menangis seperti itu. Iya, bunda sedang menyiapkan susu itu secepatnya. Mengapa kah kau tidak mau sabar. Ingat anakku, sabar itu sebagian daripada iman. Aaaargh....gak usahlah pake teriak segala!!!

Fuih...untunglah! Nah itu dia si Bunda datang, hatiku senang...hatiku riang. berarti lumayan bisa tidur biarpun cuma setengah jam. Ku coba lagi untuk tidur. Hwaduh... apa pula itu suara bising? Suara kaleng dipukulin bertubi-tubi, botol plastik air mineral yang ditabuh sembarangan. Apa salah kaleng itu anak-anak? Apa dia pernah memukuli kamu sekalian? Pasti kalian akan bilang kalo kaleng memang ditakdirkan untuk dipukul, tapi dari mana kalian tahu? Memang kalian pernah menjadi kaleng atau botol air mineral? Daripada pake alat yang gak jelas begitu, mending kalian bawa drum, gitar dan alat musik lain. Sekiranya ada produser yang mendengar, mungkin kalian bisa membuat album musik sendiri. Lagipula, pagi segini buta kalian sudah keluar rumah. Bagaimana orang tua kalian ini? Orang tua yang tidak bertanggung jawab akan anak-anaknya.

Kata isteriku, memang itulah tradisi yang sudah tahunan dijalanin. Setiap bulan puasa, anak-anak itu berkeliling membangunkan orang untuk sahur. Mereka berusaha membuat bebunyian dengan alat apapun yang bisa mereka temukan yang bisa membuat bunyi yang signifikan, maksudnya gaduh, gak elegan dan Berisik! Tidak ada yang menyuruh mereka melakukan hal tersebut, tapi juga tidak ada yang melarang. Daripada main petasan, daripada main bola di jalan tol, daripada berenang di Laut Mati, lebih baik mereka bertindak begitu. Kita yang waras aja yang kudu ngertiin.

Sayup-sayup juga ada suara dari pengeras suara mesjid dekat rumah mertua. Assalamu' alaikum warrahmatullah wabarakatuh katanya. Nah, ini baru sopan karena pake ngucapin salam. Tiba-tiba dia melanjutkannya dengan SAHUR....SAHUR....SAHUR secara lugas dan tanpa tedeng aling-aling. Aduh bapak... itu sih sama aja kayak anak-anak yang berkeliaran berkeliling itu tadi. Kenapa sih bapak gak buat sesuatu yang beda? Bapak bilang aja IMSAK....IMSAK... dijamin pasti orang panik dan buru-buru bangun. Misi tercapai.

Ah, aku baru ingat. Tadi aku kan mau tidur, lalu kenapa sekarang aku jadi mikirin orang lain? Jadi gimana dong dengan rencana tidurnya? di luar kamar sana, sudah ada suara orang-orang rumah yang sudah terbangun, televisi pun sudah dinyalakan dan bersaing dengan bisingnya dengan radio yang juga sudah dipaksa berkoar disepagi yang dingin itu. Jadi lupakan saja deh tidur itu. Dan aku pun keluar kamar.

SUARA TUHAN

Lihat orang itu...
Dulu dia sangat disegani
Sangat ditakuti setengah mati...
Sekarang terkulai tanpa arti

Gambaran itu jelas sekali terlukis
Di raut wajah tua dengan rambut yang menipis
Lesu lunglai terus berusaha tersenyum miris
Coba tutupi perjalanan hidupnya yang tragis

Dan yang di sebelah pria malang itu
Adalah isterinya yang telah menemaninya selama ini
Dengan sifatnya yang kikir dan senyum culasnya itu
Ia yang selalu merasa paling lebih tanpa mau tertandingi

Coba kau perhatikan raut wajah isterinya
Yang terusik dengan pikiran masa depan akan bagaimana
Tanpa ada penyesalan dan bertanya akan penyebabnya
Tanpa terima kasih dan syukur akan apa yang sudah didapatnya

Dan dengarkan itu nyanyian merdu kebahagiaan
Dari dalam kalbu mereka yang selama ini teraniaya
Berteriak merdeka dan bersyukur atas angin perubahan
Ternyata Tuhan memang mendengar dan tiada yang sia-sia

Dia jatuh secara nyata tanpa beda yang signifikan
Dia terjungkal hanya karena satu suara beda
Tapi tahukah kau Itulah Satu Suara Tuhan
Itulah suara rakyat yang selama ini hanya bersemayam di dada

31 Agustus 2008