Gaudeamus igitur; Semper ubi uber, ibi tuber.

"Di mana ada kemaluan, di situ ada persoalan; oleh karenanya berbahagialah."

SI ANOM

Ya begitulah si Anom itu. Lucu, unik, baik hati walau kadang menjijikan. Tapi apalah artinya satu sifat jelek dibanding timbunan sifat baik lainnya. Jadi, apakah anda mengenal si Anom yang saya ceritakan? Lho, bagaimana anda bisa tahu? Bukannya saya belum cerita?

Mungkin saja anda sudah kenal dengannya. Tapi saya bercerita tentang si Anom yang adik ipar saya dan bukan adik ipar anda tentunya. Kalau pun dia orang yang sama dengan teman anda atau sodara anda, ya biar aja. Biar tau rasa dia. Biar aja dia sadar kalau dunia ini sempit.

Si Anom yang saya ceritakan ini adalah orang yang tiada peka akan nada, bagaimana pula dengan lirik? Sudah jelas dia tidak hapal dengan sukses. Yah begitulah si Anom yang gemar menyumbangkan lagu. Semua lagu pasti akan menjadi sumbang di mulutnya. Coba saja anda minta dia menyanyikan lagu anak-anak yang riang gembira. Anda akan mendengar lagu paling memilukan dan menyayat gendang telinga.

Ya si Anom itu pula yang tidak pernah belajar bagaimana kentut bergaya aristokratik. Sangat dimungkinkan dia adalah tokek dalam kehidupan sebelumnya, dan kini dia menjelma menjadi sesosok TOKENTUT. Itu adalah semacam siluman tokek yang bersuara lewat kentutnya. Prett...kaya...prett, miskin...prett, kaya...begitulah seterusnya.

Anda boleh memujanya untuk mendapatkan kekayaan secara mudah dan instan. Syaratnya gampang, tanpa bunga, dan uang muka rendah. Cukup anda sediakan segelas kopi hitam dan beberapa batang rokok. Taruh semua itu di kamar mandi, kemudian buka seluruh pakaian anda. Baca mantra yang diwajibkan sebanyak 5.976.832 kali. Ingat, itu tidak boleh lebih apalagi kurang. Anda juga dilarang menggunakan alat pengingat atau penghitung seperti sempoa, kalkulator atau sebangsanya. Selain itu, anda juga dilarang mencontek. Jika anda telah selesai, anda dipersilakan meninggalkan ruangan. Selamat bekerja. Lho koq seperti sedang mengerjakan SNMPTN?

Begitulah si Anom yang matanya sipit sebelah karena keseringan ngintip dari belakang lensa kamera. Si Anom yang sayang anak kecil, sayang ibu, sayang ayah, sayang adik kakak, pokoknya semua lah; termasuk anda, saya, dan mereka.

Saya tidak bermaksud memujinya karena dia sering membayari saya makan. Atau karena dia sering membelikan saya barang ini dan itu. Tidak sama sekali tidak. Itu fitnah sodara-sodara! Itu fitnah yang sangat keji! Saya melakukannya hanya ingin menggambarkan bagaimana si Anom itu adanya secara penuh keikhlasan, sungguh. Percayalah pada saya.

Jadi, apakah anda ada mengenalnya? Apakah Anom itu pula yang anda kenal dalam kehidupan anda sekalian? Jikalau anda ada bertemu dengannya, tolong sampaikan salam dari saya. Dia pastinya telah mengenal saya. Tolong katakan padanya untuk mengembalikan tali pocong saya yang dicurinya dari makam saya lima puluh tahun yang lalu.