Gaudeamus igitur; Semper ubi uber, ibi tuber.

"Di mana ada kemaluan, di situ ada persoalan; oleh karenanya berbahagialah."

BELUM MANDI

Hari itu saya sungguh sibuk sekali. Sungguh tumben karena biasanya saya justru berpura-pura sibuk agar supaya dianggap bekerja. Sedari pagi saya sibuk mencari cara bagaimana membuka mata dan menjaga agar mata ini tetap terbuka. Dan saya baru berhasil ketika jarum pendek jam sudah berada di angka 10. Apakah saya kesiangan? Tentu sajalah karena jam kerja saya kan seharusnya dimulai pukul 7.30 pagi. Tapi saya bersyukur karena saya bukan pahlawan. Saya sungguh tidak akan suka jika saya dianggap pahlawan kesiangan. Jadi biarlah saya tetap menjadi Yogi Kesiangan saja.

Well, itu tetap saja tidak dapat menjadi alasan bagi anda untuk mengatakan atau menilai saya sebagai seorang pemalas. Saya sebenarnya sudah bangun dari pukul 6.30 pagi. Karena saya ingin menikmati suasana pagi dengan membaca buku, saya merebahkan diri saya di atas kasur dan mulai membaca. Ah, pagi itu memang segar sekali. Jadi secara tidak sadar, saya kembali terlelap. Jadilah saya terbangun pada waktu yang saya sebutkan tadi. Sekira pun anda tetap menilai saya sebagai pemalas, biarlah... saya anggap itu sebagai pujian karena itu adalah memang sebuah pujian.

Siang itu ternyata saya bertemu dengan seorang ”dewa” fotografi bernama Ray Bachtiar. Bukan karena saya pula seorang ”dewa”, tapi karena saya memang lagi berkepentingan dengan beliau untuk menjadi juri lomba fotografi yang mana saya menjadi ketua panitianya. Sebelumnya kami berencana melaksanakan penjurian empat hari sesudah hari tersebut. Dengan begitu kami masih dapat menyiapkan segalanya dalam dua hari ke depan. Ternyata, beliau meminta penjurian dilaksanakan keesokan harinya. Wah itu berarti ada banyak kerjaan yang harus dikebut dalam semalaman.

Singkat cerita, saya terpaksa namun sukarela menginap di kantor untuk menyelesaikan tugas yang tersisa. Inilah, itulah, adalah pokoknya yang saya kerjakan. Dengan semua kerjaan itu, saya baru bisa merebahkan badan pada pukul 4 pagi. Nikmat sekali rasanya bisa tertidur setelah badan terasa sangat penat. Terlebih lagi, pendingin ruangan dinyalakan sejak pukul 1 malam. Dingin namun nikmat.

Ternyata pendingin ruangan tersebut berfungsi dengan baik dan menjadikan ruangan memang dingin sekali ketika aku membuka mata. Tapi bukan dingin itulah yang membuatku kembali ke dunia nyata, saya melihat orang-orang berlalu lalang karena itu memang sudah waktunya bekerja. Karena saya tidur di sebuah ruangan terbuka yang dilalui orang, saya merasa seperti seorang gelandangan kiri ketimbang gelandang bertahan...maksudnya bertahan sebagai seorang gelandang. Oh, pendingin ruangan, maaf kalau saya hampir lupa membicarakan dikau. Si pendingin itu memang berefek juga pada tubuh saya. Gara-gara dia aku jadi malas untuk mandi. Rasanya dingin sekali dan susah sekali menggerakkan badan menuju kamar mandi.

Saya baru sadar kenapa orang tua saya meminta saya untuk tidak menunda pekerjaan apa pun. Karena rasa malas itu akan semakin berkembang dan pada akhirnya tidak akan jadi dikerjakan. Dan begitu pun dengan diriku pagi itu. Karena keengganan awal untuk mandi, pas ketika saya berniat untuk mandi, sudah ada tugas lain yang menanti. Karena tugas tersebut lebih penting untuk dikerjakan. Maka keinginan untuk mandi perlahan mundur ke belakang tertutup sam urgensi tugas tadi.

Ketika tugas itu selesai, para juri sudah berdatangan dan terpaksalah lagi saya menunda niat saya yang mulia lagi. Pada akhirnya saya menjalani aktifitas saya hari itu tanpa mandi. Tetapi entah mengapa tidak ada yang tahu dan tidak menyadari. Well, secara positif itu berarti saya tidak mengalami masalah bau badan. Jika saya bau badan, maka sepertinya kenyataan bahwa saya belum mandi akan terbongkar dengan mudahnya. Akan tetapi, itu juga bisa berarti kalo saya setiap hari memang lusuh. Jadi tidak masalah apakah saya sudah mandi atau belum, tampang saya memang akan tetap seperti itu saja.

Tapi saya perlu merasa kasian kepada para pesohor di bidang fotografi karena mereka berhubungan dengan seorang saya yang belum mandi. Jika mereka mengetahui bahwa saya belum mandi, apakah mereka sudi bekerjasama dengan saya? Apakah mereka akan memutuskan untuk menunda penjurian hingga saya akhirnya mandi? Apakah mereka tetap mau makan siang dan minum kopi yang saya suguhkan? Tapi saya menyadari satu hal, ternyata mereka juga tidak berbeda dengan saya, mereka tidak lebih istimewa. Ternyata mereka memiliki kekurangan juga, yaitu tidak dapat mencium dengan baik.