Gaudeamus igitur; Semper ubi uber, ibi tuber.

"Di mana ada kemaluan, di situ ada persoalan; oleh karenanya berbahagialah."

PRAJAB - SAMBUTAN MALAM PENGANTAR TUGAS

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Selamat sore,

Salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Departemen Pertahanan,

Kepala dan staf Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknis Fungsional Pertahanan,

Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Departemen Pertahanan RI

Kepala Kursus, para Pembina dan Widyaiswara,

Sekretaris Jenderal Mahkamah Konstitusi RI atau yang mewakili,

Sekretaris Jenderal DPD RI atau yang mewakili,

Rekan-rekan peserta Diklat sekalian yang saya muliakan,

Perkenankan saya menyampaikan sambutan atas nama rekan-rekan peserta dari Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi RI:

Pada kesempatan yang baik, dan semoga senantiasa penuh berkah ini, saya mengajak para hadirin sekalian untuk sekali lagi memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena kepada kita masih diberi kesempatan, kekuatan, dan Insya Allah kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, serta tugas dan pengabdian kita kepada bangsa dan negara kita.

Hampir satu bulan lamanya Diklat Prajabatan ini berlangsung, tentu banyak kesan yang kita – para peserta, Pembina dan Widyaiswara alami bersama. Pada awalnya, tidak jarang dari para peserta merasa takut untuk menjalani Diklat Prajabatan di Lingkungan Departemen Pertahanan. Saya adalah salah satu dari peserta yang merasa demikian. Yang terbayang di pikiran saya adalah kehidupan yang kaku karena penerapan disiplin tingkat tinggi serta penuh dengan latihan fisik. Semua itu terasa menjadi beban, terutama bagi kami yang berasal dari instansi sipil yang tidak bersentuhan langsung dengan kehidupan militer. Akan tetapi, ketakutan saya tidak terbukti. Bahkan, Diklat ini telah merubah cara pandang saya tentang disiplin. Kalaupun saat ini ada ketakutan dalam diri saya, mungkin itu adalah takut menjadi kerasan dan tidak mau pulang.

Para hadirin sekalian, disiplin adalah salah satu hal yang harus dimiliki setiap PNS. Dengan kedisiplinan kita dapat menekan budaya korupsi, terutama korupsi waktu. Di sini kami belajar untuk sangat menghargai waktu. Semua kegiatan ini sudah terjadwal dengan rapi. Ketika kami harus berada di ruang kelas, maka kami diharapkan berada di tempat tersebut tepat waktu. Begitu pula semestinya kita bekerja di instansi masing-masing. Datang tepat waktu, pulang tepat waktu, bahkan istirahat pun harus tepat waktu. Seandainya ada yang harus diperhatikan pada pelaksanaan Diklat di masa mendatang, adalah masalah alokasi waktu istirahat sore. Setelah rehat, kami hanya memiliki waktu lima belas menit untuk bersih-bersih dan beribadah shalat Ashar. Setelah dikurangi waktu untuk makan snack dan perpindahan dari ruang makan ke kamar masing-masing. Setidaknya kami membutuhkan waktu 30 menit untuk melaksanakan hal tersebut.

Disini, makan pun kami harus disiplin. Bukan hanya cara duduk kami yang diatur, tetapi juga jam makan pun diatur. Terkadang kami masih merasa kenyang, ternyata sudah waktunya makan kembali. Oleh sebab itu saya merasa berat meninggalkan tempat ini. Itu karena saya merasa berat badan saya bertambah selama menjalani Diklat Prajabatan ini. Terlebih lagi, hal itu diimbangi dengan olahraga yang teratur.

Pembinaan disiplin ini dimulai dengan kegiatan Outbond yang dilangsungkan di Cibubur. Ada satu cerita lucu mengenai kegiatan ini. Di salah satu pos, kacamata saya jatuh dan hilang. Pada awalnya saya merasa kesal dan bingung. Akan tetapi, ini menjadi keuntungan buat saya pada saat acara Caraka Malam yang dipenuhi dengan Hantu dan Setan. Dengan hilangnya kacamata saya, maka saya tidak dapat melihat mereka sehingga saya tidak merasa takut dan acara itu dapat saya lalui dengan baik.

Selanjutnya, kami ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada para Pembina dan para Widyaiswara untuk kesabarannya dalam mendidik kami. Memberikan ilmu memang tidak mudah, apalagi mengubah budaya dan cara hidup. Kami merasa ada perkembangan yang signifikan terutama mengenai kedisiplinan. Akan tetapi, pendidikan kedisiplinan adalah masalah keseragaman; baik itu keseragaman pakaian, tindakan, maupun instruksi. Hal ini juga membutuhkan contoh yang dapat ditiru oleh para peserta. Misalnya masalah jadwal kegiatan. Ada kalanya seorang Pembina menginstruksikan kami harus berada di ruang kelas lantai 1, tapi Pembina lain meminta kami untuk berada di ruang theater. Kami merasa para pembina dan Widyaiswara perlu menyatukan persepsi dalam memberikan instruksi. Jika para peserta melihat keseragaman dan keteraturan dari Pembina, maka pembelajaran kedisiplinan mungkin lebih mudah untuk diterapkan dan diikuti.

Diklat ini juga memberi kami banyak teman baru dengan berbagai latar belakang pendidikan dan profesi. Banyak dari rekan-rekan peserta berprofesi sebagai dokter. Sebelumnya, jika menyebut kata dokter, yang terbayang adalah orang yang sangat terpelajar, serius, dengan tulisan tangan yang sulit dibaca. Bahkan, kita juga harus membayar biaya konsultasi setelah mengajukan pertanyaan. Sekali lagi saya keliru. Sebagai peserta pendatang baru yang tidak menjalani Latihan Dasar Militer bersama, mereka mau menerima kami dengan tangan terbuka dan membantu kami dalam proses belajar dalam kelas dengan meminjamkan catatan mereka. Ternyata tulisan tangan mereka banyak juga yang bagus. Untuk semua itu, kami mengucapkan terima kasih.

Kami juga perlu memberi apresiasi yang tinggi terhadap kepengurusan Senat, baik dalam setiap kelas maupun Senat Umum. Mereka telah menunjukkan kinerja yang sangat baik sebagai penghubung antar peserta dan sebagai penyambung lidah para peserta kepada para Pembina. Malam Pengantar Tugas ini juga tidak akan dapat terlaksana dengan baik tanpa kerja keras mereka.

Para hadirin yang terhormat. Pada akhirnya, semua hasil pendidikan ini berpulang kepada diri kita masing-masing. Semua ini akan menjadi sia-sia jika kita tidak dapat mengaplikasikan apa yang telah didapat dalam lingkungan pekerjaan. Diklat Prajabatan ini akan segera berakhir, akan tetapi ini sebenarnya adalah awal dari perjuangan kita sebagai pelayan masyarakat dan abdi negara sebagaimana dicita-citakan. Semoga kita dapat menerapkan prinsip pelayanan prima yang telah kita pelajari bersama dan menjadi agen perubahan untuk menjadikan Indonesia menjadi Negara yang lebih baik.

Akhir kata, kami mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas nama pribadi dan rekan-rekan dari Mahkamah Konstitusi atas segala kesalahan yang telah kami perbuat. Termasuk dalam penyampaian sambutan ini.

Vivat Academia...Vivat Profesores...Vivat Senatores

Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh