Gaudeamus igitur; Semper ubi uber, ibi tuber.

"Di mana ada kemaluan, di situ ada persoalan; oleh karenanya berbahagialah."

JODOH

Suatu ketika gue pernah berbincang dengan ibu anak gue tentang pernikahan dan kaitannya dengan jodoh. Menurut gue, kalo ada dua orang menikah belum tentu mereka adalah jodoh masing-masing. Isteri gue merasa tidak sependapat dengan gue. Dia berpendapat kalo orang menikah itu pasti karena jodoh. Dia menentang argumen gue, katanya dengan berpendapat seperti itu, maka akan mudah sekali orang bercerai hanya bermodal perkataan bahwa mereka tidak jodoh.

Seperti sudah sering disinggung dalam Islam, sejak dalam kandungan Allah telah menuliskan tiga rahasia besar mengenai rezeki, jodoh, dan usia. Menurut gue ketiga hal ini akan menjadi garis akhir setelah kita menjalani proses untuk mencapainya. Kita tidak akan pernah tau berapa lama kita ditugaskan hidup di dunia ini. Batas usia kita baru akan diketahui setelah ajal menjemput, itu juga orang lain yang tau bukan kita si pelaku.

Begitu juga dengan konsep rezeki bagi gue. Allah memang sudah memberi kita sejumlah rezeki. Akan tetapi, kita tetap harus berupaya mencarinya. Kita tidak pernah tau seberapa besar mata air rezeki kita. Tapi seberapa besar saluran pengeluarannya tergantung dari usaha kita menggalinya. Kalau kita hanya berdiam diri di kamar, menunggu Allah mengirimkan rezeki yang sudah menjadi jatah kita, kapan kita berhasil. Uang tidak jatuh begitu saja dari langit, coy! Jangan pula kita marah apalagi dendam pada Allah kalau kita bekerja lebih giat dari tetangga kita, tapi dia lebih makmur. Setelah kita mengupayakan segala cara yang ada, hasil yang kita dapat itulah batas rezeki kita. Allah Maha Adil dalam menciptakan keseimbangan kaya dan miskin. Kesenjangan ini membuat roda ekonomi berputar. Kemiskinan juga sarana Allah untuk membuka kesempatan orang kaya untuk menambah amalnya. Jadi bukan hanya orang miskin yang banyak amalnya karena doanya didengar Allah.

Allah pun juga sudah menyiapkan mekanisme intervensi dalam proses pencarian rezeki kita. Doa merupakan salah satu channel untuk meminta Allah menggunakan hak intervensi-Nya. Namun, sekali lagi, kita tidak pernah tau seberapa besar tambahan rezeki untuk kita sampai kita mengupayakannya.

Kembali ke masalah jodoh, kita baru akan tau siapa jodoh kita setelah kita menjalani kehidupan bersama hingga akhir hayat. Adapun pernikahan itu hanyalah salah satu sarana untuk pencarian jodoh hakiki kita. Pastilah kita menikah karena kita merasa cocok dengan pasangan. Hal itu tidak gue pungkiri. Tapi untuk mengatakan dia jodoh gue, masih jauh awan dari bumi.

Proses seleksi jodoh pun sebenernya sudah dimulai dengan proses pertemanan. Kita sudah menyisihkan kandidat yang tidak sesuai dengan kriteria pencarian. Selanjutnya, dari kandidat yang tersisa akan dipilih satu orang-bisa juga lebih-untuk dijajaki dalam hubungan pacaran atau pengenalan lebih lanjut. Dan dari sekian banyak pacar serta mantan pacar, kita masuk ke tahapan seleksi lanjutan melalui lembaga pernikahan.

Jika seseorang memang berniat serius dalam mencari jodoh sejati, maka ia akan menjalani kehidupan berumah tangga secara serius. Mereka akan mengupayakan segala cara untuk bisa mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka. Percuma saja dua orang menikah karena mereka merasa jodoh, tapi mereka tidak mau mengupayakan solusi ketika mereka bertemu masalah.

Memang ada suatu mekanisme perceraian jika sebuah pernikahan tidak dapat dipertahankan lagi. Dalam agama pun perceraian tidak dianggap sebagai sebuah dosa. Allah tidak melarang perceraian akan tetapi Ia membencinya. Jadi perceraian adalah suatu hal yang dilegalkan dengan persyaratan yang ketat. Itu menjadi upaya yang bersifat final setelah upaya lain ditempuh. Pengadilan agama atau pengadilan umum juga tidak dengan mudahnya mengabulkan permohonan perceraian. Mereka akan melakukan upaya mediasi terlebih dahulu.

Allah juga sudah menyiapkan sistem koreksi atas sebuah perceraian dengan adanya talak 1 sampai 3. Katakanlah sebuah pasangan merasa tidak cocok dan memutuskan bercerai. Namun, setelah dievaluasi ternyata itu adalah keputusan yang keliru. Keduanya tetap dapat menikah kembali selama memenuhi ketentuan yang berlaku.

Jadi perceraian bukan berarti tidak jodoh. Keputusan bercerai juga tidak seharusnya dibuat secara tergesa-gesa dan tanpa pertimbangan matang. Akan tetapi, jika setelah segala cara ditempuh untuk mengatasi masalah, jika sudah tidak ada lagi kata sepakat, maka proses bercerai dapat ditempuh. Dan mungkin dengan begitu, baru seseorang dapat berkata bahwa mantan pasangan menikahnya tersebut bukan jodohnya.
Meminjam lirik dari lagu Iwan Fals berjudul “Entah”, “Aku cinta kau saat ini. Entah esok pagi...entah esok hari...entah”.

13 Agustus 2008

Tidak ada komentar: