Gaudeamus igitur; Semper ubi uber, ibi tuber.

"Di mana ada kemaluan, di situ ada persoalan; oleh karenanya berbahagialah."

Cacatan ke Turki - 1

YOU WILL NEVER WALK ALONE

13 Mei 2008

Siapa pernah nyangka kalo gue akhirnya bisa mewujudkan impian gue sejak kecil. Emang gak muluk-muluk, gue cuma pengen bisa naek pesawat dan pergi ke luar negeri. Well ada lagi sih yang lain, jadi Presiden RI tapi gue kudu tunggu sampe usia gue minimal 40 tahun seperti ketentuan di UUD 1945.

Mungkin emang udah rejeki gue, sekalinya naek pesawat ke luar negeri yang jauh. Dengan banyak pertimbangan yang gue sendiri gak tau, gue diminta menemani Pak Muhidin untuk study banding ke Turki. Turki memang salah satu negara yang pengen gue kunjungi kalo bisa ke luar negeri. Selain mayoritas penduduknya muslim yang akan memudahkan gue untuk mencari makanan Halal, Turki juga punya peranan dalam penyebaran agama Islam. Banyak monumen yang cantik, selain wanitanya yang emang cantik. Lagi-lagi siapa pernah nyangka.

Siapa juga pernah nyangka kalo gue akan pergi dengan satu orang yang sangat populer di Mahkamah Konstitusi RI. Banyak sekali bantuan yang gue terima. Terlepas dari bantuan dana yang mungkin memang seharusnya gue terima, seluruh orang di Mahkamah Konstitusi tiba-tiba diributkan dengan keberangkatan kami. Gak cuma staf, bahkan sampai Bapak Tito Sujitno yang merupakan seorang Kepala Biro Umum ikut kami repotkan. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih.

Siapa pernah nyangka kalo teman-teman di Mahkamah Konstitusi sangat perhatian dengan kesulitan temannya yang awam dengan kegiatan di airport. Pemberitahuan keberangkatan kami yang sangat mendadak, waktu persiapan kami yang sangat terbatas ternyata tidak menjadi halangan bagi kami karena ada teman-teman yang sangat perhatian dan siap membantu. Gue sempet agak khawatir dengan apa yang harus gue kerjakan setibanya gue di Bandara Soekarno-Hatta. Sekonyong-konyong rekan-rekan di bagian Protokol mengulurkan tangan mereka untuk membimbing kami. Mereka membantu pengurusan surat ke Sekretariat Negara dan Departemen Luar Negeri, mereka juga membantu pengurusan paspor dinas dan tiket keberangkatan kami. Bahkan mereka juga membimbing kami sampai titik terakhir yang dapat mereka lakukan di airport. Untuk pak Putra, Kang Asep dan Kang Medi saya ucapkan terima kasih.

Pun begitu dengan perjalanan kami. Awalnya gue mengira kalo begitu masuk pesawat kami sudah harus melepaskan ke-Indonesiaan kami karena gue naik maskapai penerbangan asing dengan awak kabin yang tidak bisa berbahasa Indonesia, dengan peraturan yang akan disampaikan dalam bahasa Inggris. No Bahasa. Siapa yang pernah nyangka, ternyata instruksi dalam pesawat Emirates yang kami naiki disampaikan dalam banyak bahasa termasuk Bahasa Indonesia. Kalau pun tidak, ternyata ada juga awak kabin yang berasal dari Indonesia. Sayang kami gak pernah bercakap-cakap.

Siapa pernah nyangka kalo ternyata sejak di bandara kami bertemu dengan orang-orang yang kami kenal. Ketika kami sudah Boarding dan sedang menunggu keberangkatan pesawat, kami bertemu dengan orang penting yang wajahnya cukup familier buat kami. Ternyata dalam pesawat yang sama, ada rombongan anggota DPR yang terhormat. Salah satunya adalah Bapak Patrialis Akbar. Beliau merupakan sosok yang sangat perhatian dengan MKRI selain memang beliau juga ramah. Gue tiba-tiba merasa tenang. Kalau sampai terjadi apa-apa, setidaknya ada yang bisa kami mintakan bantuan.

Siapa yang pernah nyangka juga kalo di Bandara Changi Internasional di Singapura ketika transit Pak Muhidin bertemu dengan salah seorang mantan muridnya. Muridnya tersebut ternyata ikut dalam rombongan anggota dewan yang terhormat untuk menuju Argentina. Memang ternyata dunia itu sempit.

Siapa pernah nyangka kalo setibanya kami di Dubai untuk transit lagi kami sempat bertemu Konjen Indonesia untuk Dubai. Memang kami tidak saling mengenal, tapi setidaknya kami sudah lapor secara informal keberadaan kami di Dubai.

Siapa pernah nyangka kalo gue kepikiran untuk menarasikan perjalanan ini ketika kami sedang beristirahat di Dubai. Memang pada saat ketikan ini gue buat, kami sedang dalam masa transit 8 jam sebelum terbang lagi ke Istanbul dan diteruskan ke Ankara.

Ah… memang siapa pernah nyangka…

Tidak ada komentar: