Gaudeamus igitur; Semper ubi uber, ibi tuber.

"Di mana ada kemaluan, di situ ada persoalan; oleh karenanya berbahagialah."

Cacatan ke Turki - 9

YANG MULUS DI ULUS

23 Mei 2008

Keberadaan gue di Turki kayaknya memang sangat dimanfaatkan oleh orang-orang di Anayasa Mahkemesi. Mereka gak bisa ngeliat kami berleha-leha di Apartemen tempat kami menginap. Gue inget cuma dua hari kami bisa bangun siang. Selebihnya ada aja program acara yang harus kami ikuti. Kalo gak kerja, kami selalu diajak jalan-jalan. Maaf kepada rekan-rekan rapporteur-judge, saya hanya bercanda... kami senang koq bisa diajak jalan-jalan. Beneran deh...

Akhir pekan pertama kami di Turki memang diisi dengan jalan-jalan. Hari jumat, kami diajak ke Atakuleye Tower dan berkunjung ke art galeri. Pada keesokan harinya, Sabtu, kami diajak jalan-jalan ke Ulus oleh Mustafa (Çagatay) Bey dan Ahmed Bey. Ulus terletak di Ankara bagian utara, tapi gue lupa ngukur jaraknya jadi gue gak tau berapa jauh. Menurut rekan-rekan yang mengasuh kami, Ulus adalah kota tua Ankara. Di Ulus masih banyak bangunan yang telah berdiri sebelum adanya modernisasi di Ankara. Ketika modernisasi merambah Ankara, beberapa bagian wilayah Ankara mulai berubah menjadi daerah bisnis dan perkantoran. Daerah Çankaya (cangkaya...begitulah bacanya) misalnya, daerah dimana terdapat Anayasa Mahkemesi dan Kedubes RI itu sekarang menjadi kawasan elit tempat orang kaya bermukim. Mungkin harusnya nama daerah itu diubah menjadi Toskaya bukan lagi Cankaya karena dalam Basa Sunda Cankaya itu berarti belum kaya.

Sebelum kami tiba di Ulus, dan memang satu arah, kami diajak berkunjung ke mesjid Kocatepe. Kocatepe dalam bahasa Turki berarti bukit besar. Ternyata bukan hanya bukitnya yang besar, mesjidnya pun besar banget. Konon (mohon jangan dibaca dari belakang!) mesjid ini adalah yang terbesar di Turki. Ukuran bukan masalah, paling besar sekarang belum tentu begitu sepuluh taun lagi. Yang paling penting adalah keindahan mesjid ini. Mesjid yang pembangunannya berlangsung selama 10 tahun ini punya arsitektur yang sangat indah. Mesjid ini dihiasi kaca patri beraneka ragam warna yang sangat indah, jadi bukan cuma gereja aja yang punya. Di bawah kubah, tergantung (dalam arti sebenernya) bola yang tersusun dari ratusan bola lampu.

Yang mengejutkan buat gue adalah apa yang ada di bawah mesjid. Ada supermarket yang besar, ramai dan cukup lengkap! Gue jadi teringat waktu gue meliput kegiatan di Jakarta Islamic Center. Waktu itu salah satu point penting dari ceramah yang disampaikan seorang budayawan adalah saat ini cuma ada 2 kebudayaan besar yaitu kebudayaan masjid dan kebudayaan pasar. Dia juga bilang kalo kebudayaan mesjid harus berada di atas kebudayaan pasar. Pak...ternyata memang udah ada contoh konkretnya!

Kami gak berlama-lama di sana dan kembali melanjutkan perjalanan ke Ulus. Letak Ulus gak jauh dari Kocatepe, tapi kalo jalan kaki pasti capek. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah sebuah mesjid lainnya. Nama mesjid itu adalah Haci Bayram (Haji Bayram). Haji Bayram adalah seorang ulama yang berperan besar dalam menyiarkan islam di Turki. Menariknya lagi, lokasi mesjid yang dibangun pada abad ke-15 ini berada dekat lokasi istana kaisar Augustus pada jaman Romawi kuno. Kita masih bisa melihat sisa reruntuhan dari istana tersebut di sebelah mesjid Haci Bayram.

Di dekat masjid tersebut, ada pasar yang menjual perlengkapan muslim. Agak susah memang mencari perlengkapan muslim di Turki karena, sekali lagi, Turki memutuskan untuk menjadi negara sekuler. Tadinya gue mau mencari Fez di sana, tapi gak ada yang bagus. Fez adalah kopiah khas Turki. Gak seperti peci yang berwarna hitam. Fez warnanya merah dan agak tinggi. Selain itu Fez punya kuncir kuda yang dulu berfungsi untuk mengusir lalat. Itu adalah barang yang gue harus beli karena Fez cuma bisa ditemui di Turki.

Selepas melihat-lihat mesjid tersebut gue diajak melihat benteng Ankara yang juga dibangun pada kekaisaran Romawi. Tapi sebelumnya kami mampir di museum peradaban Anatolia. Anatolia adalah sebutan kawasan Turki yang ada di Asia, dan Anatolia juga sering disebut untuk mewakili kawasan Turki secara keseluruhan. Kami masuk dengan tiket khusus bagi pengunjung yang datang dengan urusan dinas di Turki. Kami bisa masuk dengan gratis. Luar biasa promosi Turki ini. Luar biasa juga apresiasi masyarakat Turki terhadap museum dan peninggalan bersejarah. Mereka sangat menjaga barang-barang warisan tradisi ini.

Benteng Turki berada di atas bukit yang cukup tinggi. Agak melelahkan memang jalan menuju benteng tersebut. Tapi ketika berada di puncaknya, pemandangan yang ada jauh lebih bagus dari yang gue liat dari Atakuleye. Seluruh kota bisa keliatan jelas. Sangat kentara perbadaan Ankara yang moderen dan Ankara yang tradisional dari atas sana.

Dan akhirnya kami berkunjung ke sebuah toko yang menjual barang tenunan. Di sana gue bisa membeli Fez (akhirnya...) dan di sana juga Gus Muh menjatuhkan setumpuk tas tenun dari rak. Di sana juga gue baru tau kalo kita menjatuhkan banyak barang seperti itu, yang punya toko senang bukannya marah. Dengan terlihat berantakan, yang punya toko berharap orang lain akan menganggap toko itu laku dan dikunjungi banyak orang. Jadi menjatuhkan barang di kawasan itu bisa dianggap sebagai penglaris. Kalo tau gitu, sekalian aja gue berantakin seluruh tokonya.

Gak ada yang lebih menyenangkan daripada bisa dapet barang yang gue incar. Beberapa Fez mulus yang akan gue bawa ke Jakarta, udah di dalam tas, pengalaman baru pun gue dapet. Çok Teşekkür Ederim! Thank you very much
!

Tidak ada komentar: