Gaudeamus igitur; Semper ubi uber, ibi tuber.

"Di mana ada kemaluan, di situ ada persoalan; oleh karenanya berbahagialah."

Cacatan ke Turki - 11

KELUARGA BAHADIR YANG BAHAGIA

24 Mei 2008

Keluarga Bahadır tinggal di luar kota Ankara. Persisnya di Eryaman, sekitar 30 km jauhnya. Mereka tinggal di satu apartemen atau rumah susun pemerintah lantai 10. Memang tidak terlalu luas, tapi tempat mereka tinggal membiaskan kehangatan hubungan keluarga mereka. Di lantai atasnya juga tinggal rekan sejawat Pak Bahadır yaitu Pak Bekir yang akan mengajak kami ke Istanbul.

Keluarga Pak Bahadır dikaruniakan dua anak perempuan yang cantik, Roweida dan Hanife. Kedua anak Pak Bahadır tersebut sangat baik, sopan dan penurut, mereka juga nampak sangat menghormati bapaknya sebagaimana bapaknya juga sangat menghormati mereka. Sungguh beruntung Pak Bahadır punya anak seperti mereka.

Ibu Bahadır adalah seorang ibu rumah tangga. Dulu beliau berprofesi sebagai seorang dokter anak. Setelah kelahiran anak kedua dan setelah berkarir selama 13 tahun, beliau memutuskan untuk mengabdikan diri pada keluarga dan mengasuh anak-anak mereka. Mungkin juga hal itu yang menjadikan anak-anak mereka sebagaimana adanya kini.

Setiap hari Pak Bahadır pergi ke kantor dengan mobilnya. Perjalanan itu memakan waktu hampir satu jam lamanya. Di kantornya Pak Bahadır menjabat sebagai seorang rapporteur-judge. Sebuah pekerjaan yang berat terutama ketika dia sedang menangani sebuah perkara. Dia harus membuat laporan tentang perkara yang ditanganinya untuk diputuskan oleh majelis hakim konstitusi. Terlebih lagi kini dia juga dibebani tugas mengatur program untuk dua orang Indonesia yang terdampar di Turki. Maafkan jika kami merepotkan anda, Pak Bahadır.

Pak Bahadır memiliki pengetahuan yang sangat luas. Beliau juga memiliki ketertarikan untuk mempelajari bahasa. Beliau sangat fasih berbahasa Inggris, sebuah kemampuan yang jarang dimiliki orang Turki, dan beberapa bahasa asing lainnya. Pak Bahadır juga sekarang ingin belajar Bahasa Endonezya. Sayang, waktu persiapan kami yang terbatas sebelum berangkat tidak memungkinkan kami untuk membawakan beliau buku belajar bahasa Indonesia. Mungkin nanti akan kami kirimkan.

Pak Bahadır juga sebenarnya punya suara yang cukup merdu. Beliau sempat menyanyikan lagu tradisional Turki ketika kami dalam perjalanan pulang dari Safranbolu. Mungkin kalau tidak lagi menjabat di kantor, beliau bisa menjadi seorang penyanyi.

Keluarga Bahadır juga menyempatkan diri mengundang kami untuk makan malam di kediaman mereka. Tidak macam-macam memang, tapi makanan yang disuguhkan sangat enak, terutama jus cherry yang disajikan. Apalagi kami yang sudah hampir bosan dengan makanan di Hakimevi, apartemen tempat tinggal sementara kami, makanan buatan rumah terasa lebih lezat.

Kami juga sempat berbincang-bincang cukup lama tentang banyak hal di ruang tamu beliau bersama rekan lainnya. Tidak diduga bahwa kami bisa berbincang sekian lama, padahal kami baru bertemu satu minggu setengah. Itu pun hanya masalah kerjaan.

Tuan Bahadır, terima kasih telah mengenalkan kami dengan Erich berwarna hijau mengkilap itu. Erich yang membuat muka Pak Muhidin berkerut waktu pertama menyantapnya. Erich yang susah kalau dibandingkan dengan Durian yang belum anda kenal.

Tuan Bahadır beserta keluarga, kalau anda ada mampir di Jakarta beritahukan kami. Insyallah kami akan menyempatkan diri menemui dan melayani anda beserta keluarga semampu kami.

Tidak ada komentar: